Mungkin anda pernah mendengar kisah ini, tapi ketika saya membaca apa yang dilakukan seorang gadis kecil ini saya sangat terharu.
Inilah kisah tentang Tess yang menakjubkan. Tess adalah seorang gadis delapan tahun yang cerdas. Pada suatu hari ia mendengar ayah dan ibunya berbicara serius tentang adiknya, Andrew. Tess tidak mengerti apa yang mereka katakan, namun ia tahu satu hal: adiknya, Andrew, sangat sangat sakit dan mereka tidak punya uang. Mereka akan terpaksa menjual rumah itu dan pindah ke ruang apartemen yang lebih kecil karena ayah dan ibunya tidak cukup punya uang untuk membayar dokter dan biaya pengobatan adiknya. Selain itu hanya dengan pembedahan yang biayanya sangat mahal dapat menyelamatkan Andrew sekarang ini, dan tak ada seorangpun yang dapat meminjamkan uang kepada mereka. Pada waktu itu Tess mendengar, “Hanya mukjizat yang dapat menolong Andrew saat ini.”
Tess berlari ke kamarnya, mengambil sebuah toples jelly dari tempat persembunyiannya. Ia mengeluarkan semua uang recehan dari dalam toples itu dan menggelarnya di lantai dan menghitungnya dengan teliti. Ia memasukkan kembali uang recehan itu ke toples dan membawanya ke luar, ke Apotik Rexall, enam blok jauhnya dari rumahnya.
Petugas apotik sedang berbicara dengan seorang pria dengan serius dan tidak memperhatikan Tess yang masuk ke sana . Tess menanti dengan sabar dan berdehem agak keras untuk menarik perhatiannya, tapi rupanya belum berhasil, petugas apotik tidak melihatnya.
Akhirnya Tess dapat menarik perhatian petugas itu ketika ia meletakkan toples jelly di atas lemari kaca apotik. Petugas itu melihat kepadanya dan berkata, “Tunggu sebentar ya. Saya sedang berbicara dengan saudara saya dari Chicago yang sudah lama tidak ketemu.”
“Baiklah,” kata Tess, “saya ingin membicarakan adik saya. Ia sangat, sangat sakit dan saya ingin beli “mukjizat”. Namanya Andrew dan di kepalanya ada sesuatu yang membuatnya sakit dan ayah saya bilang bahwa hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan adik saya sekarang. Jadi, berapa harga sebutir ‘mukjizat’? Saya bawa uang untuk membelinya. Itulah semua uang yang saya tabung selama ini. Kalau itu tidak cukup, saya akan cari uang lagi. Berapa sih harga sebutir ‘mukjizat’?”
Saudara petugas apotik itu adalah seorang yang berpenampilan sangat parlente. Ia jongkok menghadapi Tess dan bertanya,”Mukjizat macam apa yang dibutuhkan adikmu?” “Aku tak tahu pasti,” jawab Tess dengan mata kebingungan. “Saya hanya tahu ia sangat kesakitan dan ibu saya bilang ia perlu dioperasi. Tetapi orang tua saya tidak punya uang, maka saya akan pakai uang saya.”
“Berapa yang kamu punya?” tanya pria dari Chicago itu.
“Saya punya uang satu dollar sebelas sen!” kata Tess dengan bangga. “Itulah semua yang saya punya, tetapi saya akan dapatkan lagi kalau saya perlu.”
“Wah, kamu beruntung sekali,” kata pria itu sambil tersenyum. “Satu dollar sebelas sen itu pas sekali untuk membeli ‘mukjizat’ bagi adikmu.”
Pria itu menerima uang dari Tess dan menggandeng lengan anak itu sambil berkata, “Antarkan saya ke rumahmu. Saya ingin melihat adikmu dan bertemu orang tuamu. Ayo kita lihat, apakah saya punya jenis mukjizat yang kamu butuhkan.”
Pria dari Chicago itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah otak. Operasi di kepala Andrew berhasil dilaksanakan tanpa biaya dan tidak berapa lama kemudian Andrew pulang kembali ke rumah. Ibu Tess sangat berterima kasih. “Pembedahan itu,” kata ibunya,”benar-benar mukjizat yang nyata.” Dan ia kemudian berkata, ”Saya tak tahu berapa nilai mukjizat itu!”
Tess tersenyum. Ia tahu dengan persis berapa harga mukjizat itu: satu dollar sebelas sen, ditambah dengan belas kasih seorang dokter spesialis terkenal, ditambah kasih seorang kakak perempuan. Orang bisa bilang,”Ah, cuma satu dollar sebelas sen”. Tapi itulah semua uang yang Tess miliki. Ia memberikan semua uangnya demi menyelamatkan nyawa adiknya, dan itulah pemberian yang luar biasa.
Rabu, Juli 29, 2009
Berpisah selama 65 tahun !! menikah di usia 85 tahun !
Michael Fitter dan Mary Oaten bertemu pertama kalinya di London dalam tahun-tahun terakhir jaman perang dulu dimana saat itu mereka berusia sekitar 16 tahun.
Ayah mereka sama-sama berbisnis di kota itu, dan kalau ke tempat ibadah pun pasangan itu pergi ke tempat yang, yaitu gereja Anglican di Hayes Bromley, London Selatan.
Sayangnya, ketika Michael melamar Mary Oaten, Mary menolak lamaran Michael dengan alasan terlalu dini.
Walaupun ditolak, tapi Michael mengaku dirinya ternyata masih menyimpan rasa buat Mary dan keduanya pun masih saling berhubungan dengan saling berkirim kartu Natal setiap tahun meski mereka berdua sudah menikah dengan orang lain.
"Aku sangat mencintainya. Kami benar-benar cocok. Aku memintanya menikahiku 65 tahun lalu, tapi itu gak dimaksudkan buat kami.
"Aku selalu menyimpan perasaanku buat dia. ketika kami sama-sama single, aku dengan cepat menyadari kalau dia tercipta buatku.
Kami memiliki begitu banyak persamaan - memiliki nilai-nilai spiritual yang sama, pandangan bisnis yang sama. Kami tertawa dan bercanda dan keduanya berada dalam garis yang sama," ujar Michael seperti dikutip dari Ananova.com
Dan ketika akhirnya Michael, ayah 2 anak, dan Mary, ibu 3 anak, sama-sama menduda dan menjanda - setelah pasangan mereka sama- sama meninggal tahun lalu ( Margareth, istri Michael mininggal Februari 2008 diusia 79 dan John suami Mary meninggal 4 bulan kemudian diusia 87 tahun) - keduanya pun mulai bertemu kembali setelah 65 tahun berpisah.
Dan dari pertemuan-pertemuan itu akhirnya pasangan yang sama-sama berusia 85 tahun itu menikah d St Dunstan's RC Church, Keynsham dimana dihadiri sekitar 50 orang teman dan keluarga.
"Hari itu hari yang menakjubkan dan mereka sangat bahagia. Sungguh fantastis bahwa cinta sejati bisa bersemi di usia mereka," ujar Julia, anak Michael seperti dikutip dari Dailymail.co.uk.
ayah, ibu, ketahuilah aku jg mencintaimu..
Kisah berikut ini sangat menyentuh perasaan, dikutip
dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan
Karen Kingsbury. Buku ini dapat Anda peroleh di toko
buku Gramedia, maupun toko buku lainnya.
Kisahnya sbb :
====================================
Bahkan Seorang Anak Berusia 7 Tahun Melakukan Yang
Terbaik Untuk Orang tuanya.
====================================
Di sebuah kotadi California, tinggal seorang anak
laki2 berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke
gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim
bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke
bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap
pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di
kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu
hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan
memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola
maupun tidak.
Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak
mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih
kuliah.
Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan
seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan
itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat
Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan
yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil
yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang
datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam
perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang
biasa dilakukannya pada malam hari.
"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada
ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti
dia". "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya
sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu
memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa
nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya
memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi
dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk
selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka
pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk
tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari
penggantinya."
Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian.
Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama,
mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi
anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga
Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke
kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha
menjadi seorang ayah bagi Luke.
Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu,
Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk
memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya
bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang
ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya.
"Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang?
Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?"
Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih
kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam
pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola
dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah
datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan
sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras
dalam beberapa hari ini.
"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian
ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari
ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke
bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore
itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil
melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun
berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga
membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.
Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum
pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah
pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir
lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan,"
katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu
bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang
membuatmu jadi begini?"
Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu
mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis
tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih,
ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah
kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan
tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan
itu. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali
menangis.
Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan
ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,.......hari ini
adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga
datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama
melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan
mengecewakan mereka.......". Luke kembali menangis
terisak-isak.
Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan
yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai
pemain utama hari ini. Sang pelatih yang
berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia
tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk
menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja
itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan
perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua
matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai
seorang anak.....
Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia
sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari
Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha
melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya,
walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya............Luke
baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu
mencintainya........
Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya
masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang
terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka,
membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka.
Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia
akan menyesal seumur hidupnya...............
dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan
Karen Kingsbury. Buku ini dapat Anda peroleh di toko
buku Gramedia, maupun toko buku lainnya.
Kisahnya sbb :
====================================
Bahkan Seorang Anak Berusia 7 Tahun Melakukan Yang
Terbaik Untuk Orang tuanya.
====================================
Di sebuah kotadi California, tinggal seorang anak
laki2 berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke
gemar bermain bisbol. Ia bermain pada sebuah tim
bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke
bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap
pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di
kursi pemain cadangan. Akan tetapi, ibunya selalu
hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan
memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola
maupun tidak.
Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak
mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih
kuliah.
Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan
seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan
itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat
Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan
yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil
yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang
datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam
perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang
biasa dilakukannya pada malam hari.
"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada
ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti
dia". "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya
sambil tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu
memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa
nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya
memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi
dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk
selama-lamanya. Namun jika salah satu dari mereka
pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk
tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari
penggantinya."
Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian.
Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama,
mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi
anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga
Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke
kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha
menjadi seorang ayah bagi Luke.
Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu,
Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk
memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya
bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang
ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya.
"Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang?
Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?"
Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih
kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam
pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola
dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah
datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan
sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras
dalam beberapa hari ini.
"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian
ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari
ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke
bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore
itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil
melakukan home run dan mencetak dua single. Ia pun
berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga
membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.
Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum
pernah melihat Luke bermain sebaik itu. Setelah
pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir
lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan,"
katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu
bermain sebaik sekarang ini sebelumnya. Apa yang
membuatmu jadi begini?"
Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu
mulai penuh oleh air mata kebahagiaan. Luke menangis
tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih,
ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah
kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan
tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan
itu. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali
menangis.
Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan
ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,.......hari ini
adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga
datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama
melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan
mengecewakan mereka.......". Luke kembali menangis
terisak-isak.
Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan
yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai
pemain utama hari ini. Sang pelatih yang
berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat. Ia
tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk
menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja
itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan
perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua
matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai
seorang anak.....
Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia
sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari
Luke. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha
melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya,
walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya............Luke
baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu
mencintainya........
Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya
masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang
terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka,
membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka.
Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia
akan menyesal seumur hidupnya...............
Jembatan
Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah
karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan
ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. N amun kerjasama yang akrab itu kini retak.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah
menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.
Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.
Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.
Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang
kayu.
Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu
dengan ramah. ?
Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan
untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana . Itu adalah rumah
tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan
Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang
Memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi m eli hat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.
Kata tukang kayu, Saya mengerti. B eli kan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.
Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang
hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di
sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru
Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu
m eli hat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar
kayu sebagaimana yang dimintanya. N amun, yang ada adalah jembatan
M eli ntasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang
Pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan
yang tertata rapi.
Dari seberang sana , terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki
Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang
adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling
berjabat tangan dan berpelukan. M eli hat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami
mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.
Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,? kata tukang kayu,
tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?
TUHA N SELALU I N GI N KITA BERSAMA DALAM DAMAI SEJAHTERA
TUHA N SELALU I N GI N MEMPERSATUKA N HATI KITA
TUHA N SELALU I N GI N KITA ME N GASIHI SESAMA KITA, SAUDARA KITA.
KARE N A TUHA N ADALAH SAHABAT SETIA, PE N OLO N G KITA.
PERCAYALAH BAHWA TUHA N SELALU I N GAT PADA KITA.
MA N USIA
Sadarkah kita bahwa ;
Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita
m eli hat yang ada di depan?
Kita lahir dengan dua t eli nga, satu kiri dan satu di kanan sehingga
kita dapat mendengar dari dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian
maupun kritikan, Dan mendengar mana yang salah dan mana yang benar.
Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga
bagaimanapun miskinnya kita, kita tetap kaya. Karena tak seorang pun
dapat mencuri isi otak kita. Yang lebih berharga dari segala permata
yang ada.
Kita dilahirkan dengan dua mata, dua t eli nga, namun cukup Dengan satu
mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam , Yang dapat melukai,
memfitnah, bahkan membunuh. Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak
mendengar dan m eli hat.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk
menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar
untuk mencintai dan menikmati untuk dicintai, tetapi Jangan pernah
mengharapkan orang lain mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang
sudah anda berikan.
Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan
menemukan bahwa hidup ini terasa menjadi lebih indah.
karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan
ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. N amun kerjasama yang akrab itu kini retak.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah
menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.
Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.
Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.
Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang
kayu.
Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu
dengan ramah. ?
Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan
untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana . Itu adalah rumah
tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan
Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang
Memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi m eli hat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.
Kata tukang kayu, Saya mengerti. B eli kan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.
Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang
hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di
sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru
Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu
m eli hat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar
kayu sebagaimana yang dimintanya. N amun, yang ada adalah jembatan
M eli ntasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang
Pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan
yang tertata rapi.
Dari seberang sana , terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki
Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang
adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling
berjabat tangan dan berpelukan. M eli hat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami
mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.
Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,? kata tukang kayu,
tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?
TUHA N SELALU I N GI N KITA BERSAMA DALAM DAMAI SEJAHTERA
TUHA N SELALU I N GI N MEMPERSATUKA N HATI KITA
TUHA N SELALU I N GI N KITA ME N GASIHI SESAMA KITA, SAUDARA KITA.
KARE N A TUHA N ADALAH SAHABAT SETIA, PE N OLO N G KITA.
PERCAYALAH BAHWA TUHA N SELALU I N GAT PADA KITA.
MA N USIA
Sadarkah kita bahwa ;
Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita
m eli hat yang ada di depan?
Kita lahir dengan dua t eli nga, satu kiri dan satu di kanan sehingga
kita dapat mendengar dari dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian
maupun kritikan, Dan mendengar mana yang salah dan mana yang benar.
Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga
bagaimanapun miskinnya kita, kita tetap kaya. Karena tak seorang pun
dapat mencuri isi otak kita. Yang lebih berharga dari segala permata
yang ada.
Kita dilahirkan dengan dua mata, dua t eli nga, namun cukup Dengan satu
mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam , Yang dapat melukai,
memfitnah, bahkan membunuh. Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak
mendengar dan m eli hat.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk
menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar
untuk mencintai dan menikmati untuk dicintai, tetapi Jangan pernah
mengharapkan orang lain mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang
sudah anda berikan.
Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan
menemukan bahwa hidup ini terasa menjadi lebih indah.
Langganan:
Postingan (Atom)