Rabu, Juli 29, 2009

Jembatan

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah
karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan
ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. N amun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah
menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.
Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.
Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.
Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang
kayu.
Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu
dengan ramah. ?
Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan
untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana . Itu adalah rumah
tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan
Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang
Memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi m eli hat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.
Kata tukang kayu, Saya mengerti. B eli kan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.

Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang
hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di
sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru
Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu
m eli hat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar
kayu sebagaimana yang dimintanya. N amun, yang ada adalah jembatan
M eli ntasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang
Pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan
yang tertata rapi.

Dari seberang sana , terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki
Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang
adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling
berjabat tangan dan berpelukan. M eli hat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami
mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.

Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,? kata tukang kayu,
tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?


TUHA N SELALU I N GI N KITA BERSAMA DALAM DAMAI SEJAHTERA
TUHA N SELALU I N GI N MEMPERSATUKA N HATI KITA
TUHA N SELALU I N GI N KITA ME N GASIHI SESAMA KITA, SAUDARA KITA.
KARE N A TUHA N ADALAH SAHABAT SETIA, PE N OLO N G KITA.
PERCAYALAH BAHWA TUHA N SELALU I N GAT PADA KITA.

MA N USIA

Sadarkah kita bahwa ;
Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, karena seharusnya kita
m eli hat yang ada di depan?

Kita lahir dengan dua t eli nga, satu kiri dan satu di kanan sehingga
kita dapat mendengar dari dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian
maupun kritikan, Dan mendengar mana yang salah dan mana yang benar.

Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala, sehingga
bagaimanapun miskinnya kita, kita tetap kaya. Karena tak seorang pun
dapat mencuri isi otak kita. Yang lebih berharga dari segala permata
yang ada.

Kita dilahirkan dengan dua mata, dua t eli nga, namun cukup Dengan satu
mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam , Yang dapat melukai,
memfitnah, bahkan membunuh. Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak
mendengar dan m eli hat.

Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk
menghargai dan memberikan cinta kasih dari dalam lubuk hati. Belajar
untuk mencintai dan menikmati untuk dicintai, tetapi Jangan pernah
mengharapkan orang lain mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang
sudah anda berikan.

Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan
menemukan bahwa hidup ini terasa menjadi lebih indah.

Tidak ada komentar: